top of page

Masa Kecil 


Ibu saya, yang biasa saya panggil mama, menjadikan pohon langsat dan rambutan di halaman rumah gadang keluarganya di Pasamudiek (Pasar Mudik), Padang sebagai tempat yang paling nyaman untuknya. Mama, anak tertua yang ikut evakuasi belanda   ke dua, menyusuri kawasan hutan untuk mengungsi menghindari kota Padang, bersama ibunya (Ketua Perti, Padang) dan adik-adiknya.

Masa Remaja 

Mama, wanita muda yang cantik, sangat energik, dan pandai. Mama, mantan atlet bola-keranjang kontingen Padang  di Pekan Olahraga Nasional di Jakarta di tahun lima puluhan. Mama, guru dansa seangkatan M. Damsyk.

Masa Dewasa

Mama, isteri karyawan bank yang bekerja sebagai guru. Mama, melahirkan tujuh orang anak, empat laki-laki tiga perempuan, mendidik, dan menyayangi dengan caranya, sambil tetap membantu keuangan keluarga dengan mengajar di salah satu SMEA di Jakarta. Mama, pengumpul piala terutama di berbagai bidang olahraga. Ibu saya, tidak pernah meninggalkan sholat. Mama, suaranya merdu ketika menyanyi dan membaca Al Qur'an. Mama, penggemar Patti Page, Skeeter Davis, Doris Day.  

Masa Tua

Mama, pemain tenis lapangan yang handal, pemain bulutangkis yang bersemangat, pemain tenis meja yang disegani karena pelintirannya, pelaku olahraga yang lebih sering unggul di keluarga kami, pun untuk olahraga yang jarang atau belum pernah dilakoninya seperti bowling dan mini golf. Mama, rajin ke pengajian dan tetap bersosialisasi di arisan lingkungan. Mama, mulai menurun kondisi fisik dan psikisnya (pikun) sejak kematian ayah saya, ditambah lagi ditinggal Mbak Tinem pengurus rumah tangga kami yang handal. Mama, kemudian berkeseharian bersama keluarga kecil saya.

Masa Kini

Mama, mengidap diabetes yang sesekali melanggar pantangan makanan, dan menjadikan duren sebagai makanan idaman, karena sangat jarang diijinkan untuk dimakan. Mama, tidak mau lagi berolahraga, tidak lagi ikut arisan, dan jarang mau keluar rumah. Mama, menjadi lebih mudah lelah. Mama, menjadi lebih mudah marah. Mama, sulit bekerjasama untuk minum obat diabetes. Mama, durasi lupanya sudah sampai hitungan di bawah satu menit. Mama, seringkali terkesan anti-sosial. Mama, kesehariannya antara tiduran di depan televisi yang walaupun menyala tetapi jarang ditontonnya, dengan berada di kloset kamar mandi. Mama, sulit sekali diajak keluar rumah oleh anak-anaknya yang lain, apalagi bila diminta menginap di rumah mereka. 

Sering terlintas pertanyaan di kepala dan perasaan saya : 'apakah mama     bahagia ?,   apa yang bisa membuat mama bahagia ?'

Mama, maafkan karena saya sedikit memaksa mama meminum obat dari dokter ketika gula darah mama tinggi. Maafkan karena terkadang tidak bisa mengontrol nada bicara saya yang tetap saja meninggi, walau sudah diusahakan bersabar. Maafkan karena sesekali terkesan memprotes, atau menggurui. Maafkan karena tidak merawat mama secara maksimal. Maafkan karena tidak selalu ada ketika mama membutuhkan. Maafkan karena mungkin menyebabkan mama kesepian.

Mama, terimakasih karena keseharian bersama mama mengajarkan saya cara bersabar, dan cara berikhlas jauh dari dalam lubuk hati, walau belum berhasil. Semoga saya diberi kemampuan tambahan untuk terus belajar lebih baik.  

 

TENNESSE WALTZ - Patti Page
00:00 / 00:00
bottom of page