top of page

B A R R Y

 

Ketika Om Lolo Sutoro yang tinggal di rumah sebelah memperkenalkan keluarga barunya, saya hanya tahu bahwa mereka orang Amerika. Sebagai anak-anak saya tidak pernah mempertanyakan mengapa tante Ann berkulit putih, tetapi anaknya berkulit hitam. Setahu saya pada waktu itu, orang Amerika ya ada yang putih dan ada yang hitam. Satu-satunya keheranan saya sebagai anak kecil waktu itu adalah ternyata Barry, nama anak Om Lolo itu, hitamnya sampai seluruh badan. Jadi seperti anak-anak pada umumnya, kami, saya dan saudara-saudara saya bermain dengan Barry, selayaknya bermain dengan anak-anak lain di lingkungan rumah kami.

 

Rumah keluarga Lolo Sutoro sangat asri, karena ditumbuhi banyak tanaman. Tetapi juga sangat ribut, karena mereka memelihara banyak hewan di rumah itu. Mulai dari berbagai jenis burung, orang utan atau monyet saya tidak ingat, sampai biawak dan komodo.   Pernah suatu kali hujan turun dengan derasnya. Karena posisi rumah mereka lebih tinggi dibanding rumah saya, biawak mereka terbawa air dan menghilang. Besoknya, kami menemukan anak biawak sepanjang empat puluh sentimeter terdampar di kloset jongkok rumah kami yang kebetulan posisinya hanya berbatas dinding dengan rumahnya.

 

Di lantai dua bagian belakang rumah Barry, ada taman terbuka yang sungguh indah dan asri. Mereka bertiga seringkali sarapan di tempat tersebut. Atau sesekali terlihat tante Ann sedang membaca di sana. Untuk menuju rumah saya, seringkali Barry turun dari taman tersebut, meniti dinding dan melompat turun ke bagian samping rumah saya. Pergaulan anak-anak kecil pada masa itu sangat akrab. Anak-anak kecil sepantaran dari keluarga Madewa, keluarga Sumardi, keluarga Herman Suhanda, keluarga Pujo Sunaryo - keluarga saya, keluarga Sumanto, keluarga Sugiyanto, keluarga Runturambi, dan keluarga Lolo, yang berada di satu gang yang sama, biasa bermain berbaur, anak laki-laki dan anak perempuan. Biasanya kami bermain petak umpet, teplek, galah asin, lompat karet, dan terkadang bermain monopoli, ular tangga, dan membaca buku komik atau bacaan untuk anak-anak lainnya. Komunikasi dengan Barry berjalan lancar, karena dia bisa berbahasa Indonesia dengan baik.

 

Pernah beberapa lama kulkas di rumahnya rusak. Ketika dia habis makan siang dan saya beserta beberapa anak lain sedang bermain di rumahnya, dia mengajak saya : 'Main ke rumah kamu yok'. Sesampainya di rumah saya, dia akan bilang : 'Minta minum dong, yang dingin'. Dan kejadian itu berjalan selama kulkas di rumahnya masih belum diperbaiki.

 

Walau secara fisik Barry berbeda dengan anak lain, dia bukan anak pemalu. Bersama-sama anak lelaki lainnya, dia sering ikut main ke kali untuk mencari cuk (anak nyamuk) yang akan diberikan sebagai makanan ikan peliharaan. Walau tidak pernah bertengkar dan berkelahi dengan teman-temannya, dia sangat tidak senang apabila ada yang meneriakinya dengan kata-kata : beri beri koloso (plesetan dari judul salah satu pidato Bung Karno : vivere pericoloso), makan babi sekilo, beri beri koloso makan babi sekilo !

 

Barry usianya setahun dibawah saya, dia adik kelas saya di sekolah Santo Fransiscus Asisi atau sekarang namanya sekolah Asisi, yang letaknya tidak jauh dari rumah kami. Hanya sekitar sepuluh rumah jaraknya. Sekolah kami sangat bersih, rapih, dan terkenal tertib dan ketat dengan aturan. Yang paling menyenangkan sekolah di sana adalah bahwa kami akan sangat santai apabila ada ulangan atau ujian negeri, karena standar pelajaran di Asisi jauh lebih tinggi dibanding standar pelajaran sekolah negeri.

 

Tante Ann berteman dengan ibu saya dengan cukup baik, dan mereka biasa saling berkunjung. Tante Ann juga ikut arisan ibu-ibu di daerah kami. Waktu itu tidak ada arisan er-te, yang ada arisan gotong royong yang dipimpin oleh tante Ita Madewa.

 

Tiga tahun kemudian, tiba-tiba Barry dan tante Ann pindah rumah ke daerah Menteng. Menurut Om Lolo, setahun setelah pindah dari rumahnya Barry dan tante Ann kembali ke Amerika. Rumah sebelah itu beberapa tahun tidak berpenghuni, sampai penghuni rumah kemudian berganti dengan seorang ibu Sunda. Saya tidak begitu memperhatikan karena mereka, Om Lolo dan wanita itu tidak punya anak sepantaran kami.

 

Saya tidak pernah tahu lagi kabar Barry, sampai pada tahun 2008 lalu dia mencalonkan diri sebagai presiden Amerika Serikat. 

SINNERMAN - Nina Simone
00:00 / 00:00
bottom of page