top of page


 

 

 

 

 

 

MAHARAMA, bukan kebetulan lahir pada bulan Ramadhan di 111999 atau 1 Januari 1999, karena proses kelahiran sectio yang dapat diatur waktunya. Rama remaja pria yang keren, baik hati, ramah, senyumnya menghancurkan hati, periang, ekstrovert, pandai bergaul, dan penyayang. 


Rama dikenal sebagai gentle boy sejak TK, yang menjaga mulai dari teman wanitanya, wanita yang lebih tua darinya, sampai ibu-ibu, apalagi oma-oma, saat menyeberang jalan, mempermudah mereka saat masuk kendaraan, menawarkan bantuan membawakan bawaan, ditambah senyum manisnya yang menggetarkan jiwa. Tidak heran ketika dia tampil sebagai dirigent paduan suara di sekolahnya (dan juara satu), para ibu teman-temannya berteriak-teriak : 'Rama ... hancur hatiku !'. Fifi, sahabat saya di kantor, sempat terkaget ketika suatu kali Rama yang saat itu kelas 3 SD berkata : 'Tante Fifi, ada yang bisa aku bantu ?' sambil menunjuk tas jinjing di tangan Fifi. 

Bisa dipastikan Rama harus sangat berhati-hati terhadap sikapnya, karena dapat menghancurkan hati banyak wanita. Setidaknya, bila ingin memacari atau menikahi anak orang, haruslah dengan alasan yang tepat. Menjadi bijaksana bukan berarti mengabaikan perasaan sendiri, apalagi perasaan orang lain, sayangku.

Rama, ketika kecil sempat mogok bila diajak ke keramaian seperti mall dan lainnya. Dia akan marah dan ngambek bila ada yang mencubit pipinya dan 'mengatai' dia ganteng. Setelah ditatar bahwa mereka bukan 'ngatain' tapi mengagumi, walau sebetulnya juga mereka tidak boleh mencubit pipi tanpa persetujuan, akhirnya belakangan abangnya malahan sering mengajak dia apabila ingin berbelanja gadget dengan harga lebih murah.

Maharama, pribadi yang tidak mudah menyerah, tetapi jika patah hati bisa sangat mendalam. Sejak TK dia selalu mendapat posisi tiga besar di kelasnya. Di kenaikan kelas 3 ke kelas 4 ternyata dia tidak masuk lima besar. Karena tampaknya dia salah pengertian mengenai masalah sekolah dan belajar, kami menyetop dia untuk cooling down, meminta dia tidak ngotot, lebih santai, tidak perlu belajar di rumah selain membuat pe-er, cukup hanya memperhatikan ketika guru mengajar di kelas, sebelum ulangan harian atau ulangan umum dianjurkan main game, nonton tv, nonton di bioskop, dan dilarang pegang buku. Akhirnya, di kenaikan kelas 4 dia masuk ranking 5. Tampaknya saat itu dia paham bahwa kami, terutama bagi ayahnya, nilai dan ranking menjadi tidak penting selama dia paham ilmu yang diajarkan. Bahkan lebih penting adalah mencari tahu lebih jauh mengenai ilmu yang diajarkan, di luar sekolah melalui internet, buku-buku, atau bertanya. Akhirnya, di saat itu pula kami bertiga, ayahnya-saya-abang Daya, baru bisa main (catur, kartu, dll) dengan Rama secara normal tanpa harus sengaja kalah. 

Tidak mudah masuk di sekolah 'favorit' seperti smabel, sekolah Rama saat SMP, yang letaknya tidak jauh dari rumah kami. Sebagian besar lulusan SD di Jakarta dengan nilai minimal 8 di tiap mata pelajaran di kelas 4-5-6, mendaftar kesana. Jumlahnya sekitar enamribuan untuk tempat yang hanya berjumlah duaratus empat puluh. Dia dan saya mempersiapkan segalanya bersama untuk menghadapi lima macam tes, tidak termasuk tes berkas-berkas. Mulai tes tertulis, psikotes, komputer, wawancara dalam bahasa Inggris, dan tes orangtua, cukup melelahkan. Semula saya kira, kami terengah-engah bersama. Tetapi ternyata Rama telah tumbuh menjadi remaja pria yang tangguh, karena dia yang menenangkan saya dengan : 'Kalau nggak diterima di sini kan masih banyak sekolah lain, bu. Sekolah kan tergantung akunya bukan sekolahnya'.

Untuk Rama, si favorit saya, berkah terindah dalam hidup saya, saya selalu mendoakan agar Rama diberikan kemampuan berpikir sebelum melangkah, yang untuk hal-hal tertentu tidak saya miliki. Saya mengharapkan kebahagiaannya, keriangannya dan senyumnya, tidak pernah hilang sampai kapanpun.

NATURE BOY - Kerli
00:00 / 00:00
bottom of page