top of page

duapuluhenam 

 

 

Saya meyakini bahwa pernikahan adalah kemitraan antara dua individu yang memungkinkan kepribadian keduanya tumbuh lebih kaya dan meningkat dari waktu ke waktu. Pernikahan kemungkinan gagal apabila salah satu pasangan mencoba untuk ‘menelan’ yang lain atau ketika salah satunya menuntut kebebasan total.

 

Pernikahan juga berarti memahami dan menghormati keyakinan dan privasi masing-masing. Sebuah pernikahan yang berhasil selalu berupa jalan dua arah yang berkelok. Sulit tetapi selalu bersisian. Teman saya, Romi, bahkan baru-baru ini menulis buku yang judulnya 'Rumah tangga itu rumit, kalau sederhana ya rumah makan'.

 

Orang-orang yang berhasil di pernikahannya adalah mereka yang tidak egois, sangat peduli mengenai orang yang dicintai, memberi rasa aman, memiliki banyak kesabaran, toleransi, dan saling pengertian. Mereka membuat pengorbanan besar dan mengembangkan cinta dan pemahaman untuk memastikan pasangannya bahagia dan memastikan pernikahan mereka stabil.

 

Semula ‘pengorbanan’ menjadi hal yang harus dihindari ketika kami, saya dan suami memulai pernikahan. Karena menurut kami, pengorbanan berbau ketertekanan dan kerugian di salah satu pihak. Pada perjalanannya, ternyata tanpa disadari, berbagai ‘pengorbanan’ kecil maupun besar tidak dapat dihindari terjadi selama pernikahan.  Sehingga, motto ‘cinta adalah pengorbanan’ yang sering tertulis di bagian belakang truck dan bus antar kota, mungkin ada benarnya. 

 

Apa Itu cinta? Kalau mau flashback, cinta adalah perasaan yang kita dapatkan ketika kita bertemu dengan orang yang tepat. Sadar atau tidak sadar, kita percaya bahwa cinta adalah sensasi (berdasarkan ketertarikan fisik dan emosional) yang ajaib dan spontan ; yang secara spontan pula sensasi ajaib tersebut dapat merosot bahkan hilang. Kita jatuh cinta, dan kita juga bisa bangun dari cinta. Cinta disini bersifat pasif.

 

Jadi apa itu cinta ?  Bagi saya, cinta adalah sesuatu yang dihasilkan dari sikap menghargai kebaikan pasangan kita, kualitas moral pasangan kita. Kepribadian yang menarik, kecerdasan, dan bakat dapat menarik, tetapi kebaikan adalah sesuatu yang menggerakkan kita untuk mencintai. Saya sangat percaya bahwa kebaikan adalah energi yang menular.

 

Cinta datang dari menghargai kebaikan, dan hal tersebut tidak terjadi begitu saja. Kita dapat mewujudkannya. Cinta itu aktif. Kita dapat membuatnya. Kita hanya perlu fokus pada kebaikan orang lain. Jika kita dapat melakukannya dengan mudah, maka kita akan mencintai dengan mudah. Sebagai obyek, Uut, adik ipar saya adalah contoh orang yang sangat mudah untuk dicintai.

 

Melihat kebaikan, adalah awalnya. Dengan berfokus pada kebaikan orang lain (pikiran, perasaan, dan tindakannya) kita bisa mencintai hampir semua orang. Cinta adalah sebuah pilihan. Pun kepada idola yang hanya kita kenal melalui film, nyanyian, cerita atau tulisan.

 

Kebaikan pikiran, perasaan, dan tentunya tindakan dapat mempengaruhi perasaan kita. Dan cara terbaik untuk merasa mencintai dan untuk mencintai - adalah pemberian. Al-Imran ayat 92 mengungkapkan, bahwa : 'Kita tidak akan mencapai kebaikan sejati sampai kita memberikan sesuatu yang kita cintai'. Walau konteks ayat ini mengenai cinta tanpa tanding kepada Dia yang Esa, kita bisa ambil bahwa pengorbanan diri adalah apabila dengan senang hati dan tanpa berpikir panjang kita memberikan semua yang kita miliki, kepentingan pribadi, fisik, emosional untuk orang yang kita cintai.

 

Orientasi pemberian merujuk pada cara merawat, kepedulian, dan rasa hormat, yang baru bisa terwujud apabila kita memiliki pengetahuan yang cukup mengenai diri pasangan kita. Kedalaman pemahaman mengenai dirinyalah yang menunjukkan kualitas perawatan, kepedulian dan rasa hormat yang kita berikan.

 

Pemberian yang mendalam memungkinkan kita masuk ke dunia pasangan kita sehingga dapat membuka serta memahami kebaikannya. Pada saat yang sama, itu berarti memungkinkan kita untuk mencintai pasangan kita seperti kepada diri kita sendiri.

 

Semakin banyak kita memberi, semakin banyak kita dicintai. Inilah pula sebabnya mengapa orang tua kita  - yang telah memberi lebih dari yang pernah kita tahu - pasti mencintai kita lebih dari kita mencintai mereka, dan kita, pada gilirannya, akan mencintai anak-anak kita sendiri lebih dari mereka akan mencintai kita.

 

Karena cinta mendalam berasal dari pengetahuan dan pemberian, ia datang tidak dalam semalam tapi seiring waktu - yang hampir selalu berarti setelah menikah. Di masa pacaran, biasanya kasih sayang yang besar didorong oleh kesamaan, kimia, dan antisipasi. Ini mungkin benih cinta yang belum tumbuh. Pada hari pernikahan, emosi berjalan tinggi, tapi cinta sejati masih ada pada titik terendah, yang mudah-mudahan selalu berkembang sebagai suami dan istri, memberikan lebih dan lebih untuk satu sama lain. Mungkin itu pula sebabnya orang sering ber-statement bahwa, walau sudah melalui masa pacaran, kita akan mulai dari nol lagi untuk mengenal pasangan ketika masuk dalam pernikahan.

 

Suatu hubungan memiliki pasang surut. Cinta adalah perilaku. Suatu hubungan tumbuh subur ketika kita berkomitmen untuk berperilaku penuh kasih secara terus-menerus, pemberian tanpa syarat, tidak hanya berkata 'saya mencintaimu', tetapi menunjukkannya.

 

------------

 

Hari ini - 18 Februari 2015, sudah dua puluh enam tahun kami, saya dan suami bersama. Pagi tadi kami merayakannya berdua dengan sarapan pagi di tukang bubur ayam gerobak yang mangkal di pelataran Ayam Goreng Hayam Wuruk, Tebet Barat.

 

Banyak hal berubah lebih baik, walau beberapa hal buruk di kami berdua masih juga belum berubah. Ketika 'pengorbanan' ternyata tidak terasa sebagai pengorbanan, mudah-mudahan dikarenakan ada rasa ikhlas di hati kami untuk mencintai dengan sederhana.

 

 

 

 

 

THE RAIN SONG - Led Zeppellin
00:00 / 00:00
bottom of page