top of page

Persahabatan Platonis

 

Dapatkah pria dan wanita hanya bersahabat ? Dalam banyak kasus, jawabannya adalah tidak. Sebetulnya itu adalah hal yang baik, ketika keduanya melihat persahabatan sebagai langkah untuk bertukar pikiran. Selama mereka berkomitmen memiliki tujuan persahabatan yang sama.

 

Apabila salah seorang dari mereka akhirnya memiliki keinginan berbeda, apalagi jika itu datangnya dari kedua belah pihak, komitmen haruslah dikaji ulang. Harus menjauh ataukah menjajaki komitmen yang baru. Jangan pula bertahan dengan ucapan menenangkan 'hanya bersahabat'. Parahnya lagi jika keduanya menyimpan tujuan, rasa, dan harapan lebih yang sama tetapi tetap tidak bisa atau tidak ingin bersatu hanya tersebab reputasi atau memikirkan tanggapan orang lain. Tragis.

 

Namun demikian, persahabatan antara pria dan wanita bukannya tidak mungkin. Seorang teman wanita saya pernah mengalaminya, namun dalam posisi terbalik. Mantan pacar menjadi sahabat. Diskusi berakhirnya era berpacaran mereka yang dibicarakan secara panjang dan mendalam, menyebabkan keputusan pasti bahwa mereka tidak nyaman berkomitmen sebagai kekasih. Mantannya itu bukan tipe pacar setia, dan teman wanita saya itu bukan orang yang bisa memaafkan perselingkuhan. Samasekali. Yang tersisa adalah mereka merupakan teman berdiskusi yang seru, dan mereka adalah orang-orang yang lucu yang senang bercanda dan berlaku gila-gilaan kalau tidak bisa dibilang kekanak-kanakan. Berbagai batasan yang boleh dan tidak boleh dilakukan mereka diskusikan bersama. Tanpa batasan itupun sebetulnya 'rasa' yang ada kelihatannya sudah sangat berbeda. Sisi romantismenya telah hilang samasekali.

 

Cerita lanjutannya adalah ketika teman wanita saya menyampaikan bahwa dia sedang sangat luar biasa jatuh cinta dengan hebatnya (red : kepada suaminya saat ini). Sang mantan sangat mendukung dan memotivasi. Dia menjadi pendengar yang baik dan mendorong agar teman saya menikmati proses yang terjadi. Dan pada saat sang wanita memiliki keyakinan yang kuat, dia meminta ijin untuk berjalan sendiri. Dalam versinya, terlalu sesak dan terlalu penuh bila dia berencana menjalani hubungan serius bertiga. Bukannya tanpa isakan, karena pada akhirnyapun sang mantan ini dengan sangat hati-hati menyatakan perasaannya. Menurut pengakuannya, hal itu justru datang ketika melihat teman saya jatuh cinta dengan indahnya. Tidak ada permohonan untuk menerima, hanya karena menurut sang mantan dia akan menyesal seumur hidup jika tidak mengatakannya. Sebaliknya, tidak ada keraguan di diri teman saya untuk tidak menerimanya karena dia sebelumnya sudah pernah menerimanya. Sejak saat terakhir itu, sampai dengan sekarang, teman wanita saya tidak pernah lagi mendengar ataupun mencoba mencari tahu kabar beritanya. Tidak sekalipun.

 

Kembali lagi ke pembahasan, pertanyaan mengenai apakah persahabatan platonis pernah ada, ataukah akan selalu ada sedikit daya tarik diantaranya ?  Bagi yang percaya bahwa pria dan wanita benar-benar tidak bisa hanya sekedar bersahabat, sebuah studi memiliki temuan bahwa pria dan wanita secara fundamental selalu memiliki salah paham satu sama lain. Membaca keramahan sebagai jatuh cinta, dan membaca sinyal jatuh cinta sebagai keramahan.

 

Saya meyakini bahwa persahabatan platonis bisa berjalan bila memiliki tujuan yang sama, namun selalu harus melalui evaluasi secara menerus. Dan saya lebih meyakini lagi bahwa persahabatan platonis memang harus diakhiri ketika kita sudah memilih seseorang sebagai pacar, apalagi sebagai pasangan hidup. Fungsi sahabat dan teman curhat harus dialihkan kepada pasangan hidup kita. Begitu.

 

Junk (Paul McCartney) - Pedro Aznar
00:00 / 00:00
bottom of page