top of page

BEKERJA DENGAN SENANG

 

 

'Yang senang ya ... !'. Itu kalimat yang paling sering bahkan selalu saya ucapkan kepada seseorang disaat berpamitan kepada saya. Kepada anak-anak saya yang mau sekolah atau mau ke luar rumah, kepada suami yang mau ke kantor, kepada rekan kerja yang akan ke klien, kepada ibu saya yang mau tidur, kepada asisten rumah tangga yang akan memasak setelah saya instruksi-instruksi, bahkan kepada yang pamitan mau mandi.

 

Tidak sekedar ucapan, tetapi saya benar-benar meminta apa yang dilakukannya dikerjakan dengan senang. Sambil berharap dalam hati segalanya menjadi lancar karena dikerjakan dengan senang hati dan ikhlas. Mengutip kata suami saya selalu, bahwa jangan khawatir kekurangan masalah karena masalah akan selalu saja ada kapanpun dimanapun. Dan saya sungguh percaya bahwa berbagai masalah bisa diselesaikan setidaknya diatasi apabila kita mampu berpikir. Untuk mampu berpikir, hati kita harus lega luas dan senang. Syukur-syukur kita sudah dapat mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin timbul karena kemampuan berpikir kita yang sedang prima.

 

Sehubungan dengan itu, saya juga percaya bahwa kesuksesan atau ketidaksuksesan kita di luar rumah adalah cerminan kondisi hati kita di rumah. Saya seringkali melihat rekan-rekan kerja yang hari itu 'sumbu pendek' ternyata sedang ada masalah di rumahnya. 

 

Melakukan sesuatu dengan senang sangat berhubungan dengan pihak ke tiga. Mobil yang dikendarai, pengendara lainnya, sopir dan kondektur bus, sesama penumpang, lalu lintas yang padat, satpam di parkiran, rekan di sekolah atau di kantor, ruang sekolah yang AC-nya mati, ruang kerja di kantor, klien, atasan, bawahan, atasan yang gak pake bawahan (kata Dodit). Jadi, kalau pembahasan saya mengenai Kesenangan Bekerja adalah soal jenis pekerjaan itu sendiri, bahasan saya mengenai Bekerja dengan Senang adalah soal kita dan berbagai kondisi yang mempengaruhi.

 

Dan keduanya berujung pada bagaimana menciptakan hasil kerja maksimal, bahkan sesuatu yang semula tidak diprediksi dapat kita lakukan.

 

Bisnis hari ini, terutama untuk mereka yang bekerja di sektor ide-ide kreatif, lebih banyak menginvestasikan modal kepada staf dan lingkungan kerja mereka, sehingga mereka benar-benar bisa mendapatkan hasil maksimal. 

 

Diantara disain ruang kantor fantastis yang perusahaan sajikan untuk karyawannya, seluruhnya ditujukan untuk mensinergikan bisnis dengan kesenangan sehingga karyawan dapat bersantai dan mengisi bahan bakar selama istirahat mereka.  Rata-rata ruang kantor dilengkapi dengan dapur besar dengan makanan, daerah relaksasi seperti meja biliar, futsal, kolam renang, tenis meja, basket, golf, area skateboard, lubang perosotan sebagai pengganti tangga untuk turun dari lantai atas, berkuda diantara meja-meja kerja, dan juga ruang konser. Belum lagi ruang-ruang bertema, seperti hutan, suasana restoran, atau yang seperti dalam goa. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Semua disajikan demi meningkatkan ide-ide kreatif karyawan, meningkatkan kerjasama dan komunikasi, memperkuat tujuan bersama, dan bereaksi dengan cepat terhadap perubahan kondisi. Semua disajikan untuk menyediakan lingkungan kerja yang bahagia dan nyaman. Semua disajikan demi bekerja dengan senang.

Perusahaan bergantung pada banyak kerja keras, tapi memastikan bahwa karyawannya tidak terlalu banyak bekerja. Ada campuran antara kerja keras dengan bermain keras untuk membuat pekerjaan bahkan tidak tampak seperti pekerjaan.

 

Tentunya ini adalah salah satu cara dalam rangka merekondisi karyawan untuk bisa bekerja dengan senang. Biasanya, perusahaan yang berani memegang konsep bekerja seperti ini juga pastinya menggerakkan pemberlakuan semua perangkat resources ke arah dan tujuan yang sama, agar investasi yang dikeluarkan menjadi tidak sia-sia.

 

Bagi saya, apabila mereka memulai hari dari rumah dengan hati gundah, fasilitas hebat di kantor hanya berfungsi sebagai pelipur lara belaka, tetapi tidak terlalu berpengaruh untuk hasil kerja maksimal terutama kerja-kerja kreatif inovatif.

 

Menurut saya, omong kosong dengan 'profesionalisme' yang mengkotak-kotakkan dan memisahkan satu orang yang sama, yakni diri kita, menjadi saya yang di rumah dan saya yang di kantor.

 

Benar bahwa banyak profesional mengklaim bahwa dia bisa kok memisah-misahkan antara persoalan pribadi dengan kerja. Itu bagus. Tapi dalam konteks meraup hasil kerja maksimal, terutama di bidang kreatif, jika sudah menyangkut suasana hati yang sedang tidak nyaman di rumah, rasanya karyawan akan menghindar dari pulang dan semalaman akan turun naik perosotan di kantor. Olehkarenanya, saat ini banyak perusahaan menyediakan ruang sessi konseling dengan psikolog yang sengaja disediakan untuk keperluan curhat. 

 

Jadi, selamat pagi, yang senang ya ...  

I'VE SEEN IT AT ALL - BJORK/T.YORKE
00:00 / 00:00
bottom of page