top of page

Komunikasi dan Konflik

 

 

Kita merasa dapat berbicara dengan hampir semua orang, tetapi kita sering gagal untuk benar-benar berkomunikasi dengan orang lain. Berbicara dengan orang lain seringkali jauh lebih kompleks daripada kedengarannya. Saya beberapa kali mengalaminya. Kesalahpahaman, keburu marah, kecil hati pada saat pembicaraan yang baru saja dimulai, masih banyak lagi.

 

Bergesernya budaya berkomunikasi sopan santun, bertatakrama baik, menjadi lebih keakuan kemungkinan dikarenakan bergesernya pula persentase kuantitas komunikasi yang dilakukan dari verbal ke virtual. Media sosial juga punya andil terhadap ketidakbiasaan orang dalam melakukan komunikasi verbal dengan baik dan benar tanpa menimbulkan kesalahpahaman.

 

Begitu banyak pihak dan ahli komunikasi menulis dan mensosialisasikan hal-hal yang harus diperhatikan ketika kita berkomunikasi secara verbal, tetapi seluruhnya terpaku pada inti-inti berikut.

 

Mendengar

 

Fokus pada lawan bicara, berhenti bergerak, hadapkan bahu padanya, pandang wajahnya, lihat matanya. Maka bukan saja kita lebih mungkin mendengar perkataannya, tetapi kita mengirimkan sinyal bahwa kita mendengarkan, terlibat, dan tertarik dengan perkataannya. Seperti halnya kita akan berjongkok di depan anak kita saat si kecil ingin mengatakan sesuatu.

 

Mendengarkan dan pendengaran yang benar adalah dua hal terpisah. Kita dapat mendengar banyak, tetapi mungkin tidak benar-benar mendengarkan apa yang dikatakan lawan bicara kepada kita. Mendengar secara terfokus artinya Mode-On #stopdulukomentardanreaksi, dan Mode-Off #apapunpemikirandanperasaanyang ikutberbicara. Kita tidak dapat mendengar dan berbicara kepada diri sendiri pada saat yang bersamaan dengan ketika lawan bicara beraksi.

 

Interupsi

 

Gunakan taktik tunjuk jari atau apapun bentuknya untuk memotong atau memperlambat lawan bicara. Bila lawan bicara sudah bilang ‘ya ?’ atau berhenti bicara untuk memberi kesempatan, katakan hal penting sehubungan dengan pembicaraan yang kita anggap penting tersebut untuk dikomentari atau diinterupsi.

 

Lawan bicara terkadang butuh reaksi atau persetujuan kita dan memastikan kita benar-benar memahami yang dikatakan dan dirasakannya. Periksalah terlebih dahulu sebelum berkomentar, untuk memastikan apa yang kita tangkap sama dengan yang lawan bicara maksudkan. Seperti halnya komunikasi antara pilot dengan petugas ATC di menara bandara yang saling mengulang perkataan untuk memastikan. 

 

Informasi atau reaksi dapat disampaikan setelah kita mendengarkan perkataan lawan bicara sepenuhnya. Memotong perkataan sebaiknya dilakukan dengan lembut. Jadilah murah hati terhadap lawan bicara, jangan menggenggam erat asumsi yang didapat dari pihak lain mengenai lawan bicara dan menghakimi berdasar asumsi sebelum benar-benar bicara dengannya, posisikan diri kita di posisinya, pilihlah kata-kata yang baik dan pantas terutama apabila secara usia lawan bicara lebih senior daripada kita, bahkan jika kita tidak setuju dengan isi pembicaraanya. Mengenai 'murah hati' kita akan bahas mengenai bagaimana komunikasi non-verbal ternyata sangat mempengaruhi komunikasi verbal yang dilakukan.

 

Bila berkomunikasi melalui media sosial kita tidak dapat menganalisa situasi lawan bicara secara langsung. Emotikon sebagai pengganti non-verbalpun (sikap dan perasaan) bisa terabaikan bila pemilihan kata-katanya tidak tepat.  Sebaliknya, melalui komunikasi verbal kita sangat terpengaruh dengan komunikasi non-verbal yang dilakukan dan diperlihatkan secara langsung.   

 

Komunikasi Non-verbal

 

Komunikasi non-verbal biasa kita simpelkan menjadi 'bahasa tubuh'. Sinyal emosi

yang tergambar ketika seseorang berbicara ataupun mendengarkan, bahasa tubuh, nada suara dan ekspresi wajah, semuanya dapat disalahartikan. Ketika isyarat nonverbal disalahartikan, dapat menciptakan konflik dalam suatu hubungan. Misalnya, jika kita berbagi rahasia dengan teman terpercaya dan dia mengerutkan kening pada kita, mungkin kita akan menafsirkan sebagai ketidaksetujuan - meskipun dia mungkin berkonsentrasi. Jika kita menyilangkan tangan ketika berbicara dengan orang lain ketika merasa kedinginan, mungkin akan terlihat sebagai tidak setuju dengan perkataannya. Jika kita berbicara kepada  pasangan dengan nada sarkastis, ia mungkin menjadi defensif - bahkan walau kata-kata yang sebenarnya diucapkan tidak menuduh.

 

Komunikasi nonverbal juga dapat menyebabkan kita merasa tidak nyaman di sekitar orang lain, bahkan walau komunikasi tidak disalahartikan. Misalnya, jika seorang berdiri sangat dekat dengan kita untuk mendengar kita berbicara, kita mungkin merasa seolah-olah ia menyerang ruang pribadi kita. Jika nada suara pasangan kita tampaknya sarkastis, walau kata-katanya tidak, kita masih mungkin merasa seperti dia sedang mengolok-olok kita. Yang penting untuk diingat adalah bahwa sebagian besar tidaklah disengaja. Percayalah, kita tidak menyadarinya. Dalam beberapa kasus, kita tidak bermaksud melakukannya, tapi kita tidak bisa benar-benar berkomunikasi secara efektif tanpa ekspresi tersebut. 

Komunikasi nonverbal bisa sangat meyakinkan. Kita akan tersenyum hangat ketika mencoba untuk meminta maaf atas sesuatu, nada suara yang lembut, atau bahkan meskipun tidak selalu berhasil, menyentuh lawan bicara dalam percakapan, pada saat yang tepat, itu bisa sangat kuat. Banyak orang akan dapat mengingat dan menghubungkan dengan sesuatu yang kita katakan pada saat itu hanya beberapa detik setelah kita mengulurkan tangan dan menyentuh mereka di sisi, lengan, atau bahu. Itu adalah cara-cara komunikasi nonverbal yang dapat meningkatkan kedekatan antara dua orang dalam suatu hubungan. Jenis komunikasi nonverbal melengkapi pesan pembicara yang sedang mencoba untuk menyampaikan pesannya.

 

Komunikasi nonverbal juga digunakan untuk aksen pesan yang dapat meningkatkan pemahaman. Anggukan kepala atau acungan jempol sebagai tanda persetujuan, menunjuk sesuatu untuk diambil, ataupun nada suara yang bergetar dan kening yang berkerut walaupun dia mengatakan keadaannya baik-baik saja. Dalam kebanyakan kasus, komunikasi nonverbal bukanlah sesuatu yang gampang dipalsukan. Jadi penting untuk memperhatikan apa yang tubuh, nada suara dan ekspresi wajah sampaikan.

 

Berkaitan dengan cara kerja otak kiri dan kanan kita, para peneliti setuju bahwa ketika seseorang tidak mengatakan yang sebenarnya, dia cenderung mengarahkan pandangan ke atas dan ke kiri. Ketika seseorang mengingat suatu peristiwa dengan mudah dan jujur, dia mengarahkan pandangan ke atas dan ke kanan atau melihat lurus ke depan. Ketika seseorang mengalami kesulitan mengingat sesuatu atau tidak yakin benar, dia akan mengarahkan pandangan ke bawah dan ke kanan. Ketika ada ketidak-sepakatan dengan kita, dia akan mendengarkan dan berbicara dengan mata dilemparkan ke bawah dan ke kiri. 

 

Keseimbangan

 

Berkomunikasi dua arah artinya memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak untuk menyampaikan buah pikirannya terhadap topik yang dibicarakan. Bila hal tersebut tidak terjadi, jadilah murah hati terhadap lawan bicara, berempatilah, posisikan diri kita di posisinya, bahkan jika kita tidak setuju dengan isi pembicaraanya. Kendalikan nada bicara kita terutama jika lawan bicara lebih senior daripada kita. Di lain pihak, tidak semua orang bisa berlaku demikian dengan berbagai alasan. Salah satunya terjadi ketika kedua belah pihak menginginkan hal berbeda dan tidak mencapai kesepakatan. 

 

Konflik komunikasi 

 

Sebagian besar konflik interpersonal menjadi serius ketka melibatkan kita dengan orang-orang yang erat dengan kita. Teman, keluarga, kekasih, suami atau isteri, atau orang-orang yang sehari-hari bekerja bersama kita. Konflik menjadi serius dan tajam, karena kita menganggap mereka seharusnya bisa lebih memiliki pola pikir dan kesepahaman dalam banyak hal dibanding kita terhadap kenalan biasa. Oleh karenanya, biasanya kadar konflik menjadi lebih kental karena kadar kekecewaan yang juga berlipat. 

 

Karena hubungan yang erat, sebetulnya perbedaan pendapat kecilpun bisa melebar dan mengundang konflik besar yang menutupi konflik sesungguhnya. Ketika seseorang 'meledak' dalam konflik kecil pembicaraan, bisa dipastikan dia telah menyimpan banyak ketidaksepahaman, asik menumpuknya, bahkan berusaha   mencari dan mengumpulkan bukti-bukti lain yang mendukung ketidaksepahamannya. Sehingga, api kecil yang menyulutnya dapat membuatnya meledak sesuai keinginannya. Jika konflik tidak diselesaikan atau dibiarkan, bisa merusak hubungan. Jika kita berhasil menangani konflik, kita dapat membuat hubungan yang lebih kuat dan lebih tangguh dengan meningkatkan pemahaman satu sama lain, termasuk jika masing-masing tetap berdiri di pemahamannya. Kata 'maaf' untuk yang telah terjadi apabila diucapkan dengan tulus dan bersungguh-sungguh, adalah kata sakti yang dapat menjadi pintu masuk untuk meredakan ketegangan.

 

Tidak ada dua orang memiliki nilai pribadi yang sama persis. Dalam konflik ego, kehilangan argumen mungkin akan merusak harga diri seseorang. Sebagai ilustrasi, saat ini penduduk Indonesia dipaksa untuk berada di dua kubu antara pendukung dan bukan pendukung Jokowi. Namun banyak juga yang seperti kami, saya dan keluarga, yang bukan berada di keduanya. Bukan di grey area, tetapi di posisi yang tidak melihat Jokowi atau bukan Jokowi, SBY atau bukan SBY, Suharto atau bukan Suharto, tetapi melihat kebijakan, apa yang dilakukan, satunya kata dan janji dengan kebijakan yang diambil, dan apa dampaknya bagi kita rakyat Indonesia. Memuji jika yang dilakukan baik, mengkritisi bila yang dilakukan buruk. Saya dan keluarga adalah pihak yang mendambakan adanya kotak abstain di lembaran pemilu. Bukan golput, beda, tetapi menjadi penting karena tidak memilih pilihan yang tersedia adalah hak. Seperti tersedianya bumbung kosong pada pemilihan kepala desa di daerah-daerah.

 

Dalam banyak perbincangan, pendukung ke dua kubu saat ini sudah sampai pada taraf fanatisme berlebih, kelompok garis keras yang tidak bisa tersenggol sedikit saja ketika kita mengkritisi. Akibatnya kamipun diposisikan sebagai orang yang harus berhadap-hadapan dengan mereka, dari ke dua kubu. Hal tersebut terjadi karena mereka sudah membawa asumsi sendiri di kepalanya, dan memaksakannya harus cocok dengan asumsinya tersebut. Tidak lagi mau mendengar dan melihat konten, langsung sumbu pendek dan marah dengan suara bergetar. Pun ketika pembicaraan dimulai olehnya, tetapi ternyata tidak siap ketika lawan bicara berbeda pendapat dengannya. Memang tidak selalu terjadi demikian, banyak juga yang walaupun fanatik tetapi masih bisa bertukar pikiran dengan baik dan menyenangkan. Dengan obrolan yang santun, terkadang kami mendapat pengetahuan baru yang sebelumnya tidak terpikirkan. Begitu juga sebaliknya. 

 

Konflik komunikasi di atas saat ini sudah menjadi problem umum. Di banyak berita dan kenyataan, banyak teman menjadi musuh, banyak persaudaraan terputus, bahkan di kampung supir saya ada yang bercerai karena perbedaan ini.

 

Konyol sekali, terutama bagi kami sekeluarga yang terbiasa menghargai perbedaan. Seseru apapun proses pembicaraan, asalkan masing-masing kami saling menghargai pendapat pihak lain, mau mendengar dan merespon dengan sewajarnya, semuanya aman dan menyenangkan. Dan yang tidak kalah penting, menyelipkan humor diantaranya akan selalu menyadarkan bahwa perbincangan dan perdebatan bukan perang antara hidup dan mati, bukan ajang menjatuhkan harga diri, tetapi menyamakan pola pikir mengenai sesuatu hal atau masalah. Jika tidak ketemu dan tidak sama, santai aja. Setiap kepala punya hak atas isi kepalanya.

 

Namun, memikirkan, merenungkan, dan mempelajari isi dan maksud yang disampaikan orang lain, sebodoh dan sekonyol apapun, bagi saya dapat meningkatkan kualitas pemikiran kita.

DAZED AND CONFUSED - Led Zepp
00:00 / 00:00
bottom of page