top of page

LATAR BELAKANG

Kemajuan di kawasan industri Karawang, tidak berpengaruh pada kehidupan masyarakat sekitarnya, terutama bagi masyarakat yang tinggal di belakang kawasan industri, khususnya Yayasan Yatim Piatu Al-Matsuroh.

Puluhan tahun keberadaan mereka di sana hanya menghasilkan anak-anak putus sekolah maksimal kelas 3 SD mengingat jauhnya letak sekolah dari perkampungan, sehingga belum pernah ada pemuda atau pemudi yang berhasil bekerja di pabrik. Paling maksimal para pemuda menjadi kuli bangunan, dan banyak pemudinya yang akhirnya menjadi PSK di warung-warung kawasan pantura karawang.

Keinginan besar untuk merubah nasib kelompok masyarakatnya agar memiliki generasi penerus yang berpendidikan dan bermoral agama yang baik, menyebabkan pengasuh Yatim Piatu tidak berlama-lama meratapi dan memikirkan kehidupan keluarganya yang masih di bawah garis kemiskinan. Tetapi justru berpikir keras mengupayakan cara agar anak-anak yatim piatu yang tidak memiliki orangtua, anak-anak yang orangtuanya tidak mampu, dapat memperoleh pendidikan dan memiliki landasan moral agama yang baik. 

Saat ini Al-Matsuroh memiliki 24 anak yatim piatu yang tinggal di panti, dan 25 anak yatim piatu yang masih memiliki keluarga atau anak keluarga tidak mampu, yang tinggal di sekitar panti. Saat ini juga, panti mulai berhasil menarik minat para ibu dan remaja sekitar untuk ikut dalam pengajian mingguan di mushola panti.

Tempat Tinggal Yang Memprihatinkan

 

 

 

 

 

 

 

 

Pengasuh panti saat ini tinggal di gubug dengan tinggi 2m, berukuran 6 x 5 m2, dengan lantai tanah dan dinding gedek. Anak-anak panti bernaung di gubug ukuran 3 x 6 m2. Karena dinding yang telah robek di sana-sini dan atap yang tidak layak, menyebabkan mereka sulit tidur nyenyak karena seringnya ular masuk ke dalam gubug atau air hujan yang membanjiri gubug di saat hujan deras.


Rencana Pembangunan ‘Kobongan’

Pembangunan ‘kobongan’ atau rumah panggung bagi anak panti dirasa cukup mendesak, disamping mengubinkan lantai tanah di rumah pengasuh panti.  

Akhirnya, berlebaran di ‘Kobongan’ baru

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Beruntung sekali, Alhamdulillah, kami, saya dan rekan-rekan di kantor memiliki klien yang tidak berpikir dua kali ketika kami membuat proposal rencana pembangunan 'kobongan' ; sehingga tahun 2013 anak-anak Panti dapat berlebaran di kobongan baru berupa rumah kayu semi permanen.

Adalah Bapak Frans Y. Sahusilawane, Presiden Direktur Maipark Indonesia, yang terlihat tersendat karena terharu ketika menyatakan keikhlasannya untuk membantu, serta Kepala Biro CSR Bapak Bintoro yang dengan semangat saat menjalankan proyek kobongan ini bersama kami. Bahkan program CSR PT Maipark Indonesia juga melengkapi isi 'kobongan' ; masih meneruskan pemugaran rumah pengasuh panti setelah lebaran ;  Ibu Rini, Mbak Sari, Mbak Jyesta, Mbak Gema, termasuk Direktur Keuangan Ibu Imelda Siahaya, dan karyawan lainnya berencana membuat rumah baca untuk anak panti dan masyarakat sekitar ; serta tim sukses kobongan, Pak Indra - Mas Rizki - Mas Denis, bercita-cita memberi 'kail' dan bukan sekedar 'ikan' agar panti bisa lebih memberdayakan dirinya sendiri serta semakin mengurangi ketergantungan kepada donatur. 


HIGHLIGHT

Penjual Keripik Pisang Pengasuh Yatim Piatu

Dua buah gubuk dan sebuah musholla kecil berdiri di atas bukit di belakang kawasan pabrik di wilayah Karawang Barat. Sebuah gubuk didiami oleh 15 anak yatim piatu tersebut tampak lusuh dan tidak terawat, sementara satu gubuk lagi yang tingginya hanya dua meter tampak lebih memprihatinkan lagi.

Kecanggihan jaman dan kenikmatan hidup modern di negeri ini ternyata tidak dirasakan penghuni pemilik dan anak-anak yayasan tersebut. Yayasan yang terletak di Kp Sarijaya Batu Koneng Ds Puseurjaya Telukjambe Timur Kab. Karawang, itu berdiri ala kadarnya dan tidak dilengkapi fasilitas memadai.

Ironisnya, yayasan yang terletak di belakang pabrik megah yang berdiri di kawacan KIIC (Karawang International Industrial City) itu tidak memiliki akses jalan yang memadai. Tidak sebanding dengan pabrik megah yang berdiri di kawasan tersebut, dilengkapi dengan jalanan yang licin. 

Para penghuni di yayasan tersebut masih belum mendapatkan fasilitas yang memadai, seperti listrik, air bersih dan akses jalan. Jika hujan turun, jalanan akan sulit ditempuh karena permukaan jalan yang masih berbatu dan tanah merah.

Ustad Nana, pemilik Yayasan Al-Matsuroh mengakui bahwa tanah yang mereka tempati adalah milik Perhutani, sehingga dia pun maklum jika suatu saat harus dipindahkan atau digusur.

Ironis memang, di saat kita menikmati kemajuan teknologi saat ini. Yayasan yang menampung anak yatim piatu tersebut masih harus berjuang untuk hidup dengan fasilitas seadanya. Yayasan ini hanya menggunakan generator untuk menerangi mereka saat malam hari. Tidak ada televisi ataupun hiburan lainnya.

Fasilitas standar yang sering kita nikmati seperti Mandi, Cuci, Kakus (MCK) pun tidak mereka rasakan. Mereka harus turun ke danau untuk mencuci ataupun mandi, sementara untuk buang air, mereka mengandalkan sebuah kakus yang terbuat dari bambu tanpa ada aliran air.

Anak yatim piatu ini juga harus diantar ke sekolah oleh Ustad Nana menggunakan motornya, karena tidak ada angkutan dan jarak ke sekolah mereka berkisar 10 km dengan kondisi jalan yang rusak dan sulit dilalui saat hujan turun.
“Saya mengantarkan anak-anak pagi, satu motor digunakan untuk membonceng tiga anak. Karena di sini ada 15 orang anak, jadi yah harus bolak-balik anterin mereka biar gak telat. Di sini juga ada yang sudah SMA, jadi kalo dia sekolah siang, dia harus anterin adik-adiknya dulu. Kalo pulang sekolah semuanya saya yang jemput.” Ujarnya saat di temui di gubuknya yang hanya setinggi dua meter.

Ke-15 anak tersebut harus tinggal di dalam gubuk berukuran sekira 15 meter dan hanya diterangi sebuah lampu. Gubuk tersebut terbagi dua, untuk anak laki-laki dan anak perempuan. Tidak ada alas ataupun selimut untuk anak-anak malang ini. Lemari pakaian yang sudah tidak layak pun masih mereka gunakan.

Rata-rata anak-anak di sini sudah tidak ada orangtua, ada orangtua tapi mereka juga tidak mampu membiayai anaknya. Sehingga dititipkan di sini untuk belajar.” lanjut Ustad bertubuh tambun ini.

Demi mencukupi kebutuhan sehari-hari, Ustad Nana membuat keripik pisang yang dibantu oleh istrinya, setiap harinya dia mengantarkan keripik pisang tersebut ke warung-warung yang ada di kota Karawang. Itupun tidak cukup mencukupi kebutuhan anak asuhnya, keripik yang hanya dijual perkantung Rp5 ribu tersebut kadang tidak laku dijual. Sehingga mereka kadang hanya mengandalkan uluran tangan dermawan. Sayangnya banyak yang belum mengetahui keberadaan mereka yang terletak di atas bukit di belakang pabrik megah di kawasan KIIC itu.

Ustad Nana sendiri tinggal di sebuah gubuk yang tingginya hanya dua meter, di dalam gubuk tersebut terdapat sebuah kasur lusuh yang sering diinjak-injak oleh ayam dan bebek, peliharaan Ustad Nana.Lantai rumahnya yang masih berupa tanah, menjadi sulit dipijak saat hujan datang. “Kemarin ada hujan besar dan angin, pipa penyalur air patah jadi yah sekarang kalo mau ambil air harus ke danau di sebelah.” Pungkas Ustad asal Lampung ini.

Kehidupan sulit Ustad Nana, istri, dua orang anak dan 15 anak asuhnya ini bukan di situ saja. Mereka harus bersusah payah mendapatkan air untuk minum. Terkadang mereka harus membeli air isi ulang yang jaraknya 10 km. Namun jika musim hujan datang, mereka menampung air tersebut untuk dijadikan air minum.

Entah pemilik pabrik-pabrik besar di hadapan mereka memang tidak mengetahui keberadaan mereka, atau memang tidak ada yang peduli terhadap kehidupan mereka. Tetapi hal ini menjadi tanda tanya besar, bisakah kita seperti Ustad Nana, berjiwa besar mengasuh anak-anak malang ini meski hidupnya pun masih di bawah garis kemiskinan ?

Alamat Panti Yatim Piatu Al-Matsuroh :

Area Hutan Produksi Desa Puseurjaya, 
Kampung Sarijaya, Desa Puseurjaya, Kecamatan Telukjambe Timur, Kabupaten Karawang.
+- 800 meter sebelah Timur Kawasan KIIC (Karawang International Industry City)
+- 900 meter belakang PT. Unicharm II.

Jalan menuju 'Al-Matsuroh' :

Dari arah Jakarta, masuk ke jalan tol Jakarta - Cikampek. Keluar di pintu tol Karawang Barat. Ambil jalur sebelah kanan yang agak menurun, menuju loket toll KIIC. Jalan terus menuju kompleks pemakaman Sandiego Hills. Bila bertemu Sandiego Hills di sebelah kanan jalan, belok ke kiri ke jalan aspal menuju KIIC. Bertemu bunderan (seperti bunderan HI tanpa air mancur), belok ke kanan. Sekitar 500 meter dari bunderan, masuk ke jalan Maligi VI. Di ujung jalan, jalan berbelok ke kiri, tetapi ambil lurus ke jalan tanah. Susuri jalan tanah, di pertigaan belok ke kanan, ke atas. Sekitar 50 meter dari situ belok ke kiri ke arah danan, di situlah Panti Asuhan Yatim Piatu Al-Matsuroh berada. Atau, jika ingin mengunjungi mereka ataupun bertanya lebih lanjut, dapat menelpon ke :

 

 

 

CHILDREN OF SANCHEZ - Chuck Mangione
00:00 / 00:00
bottom of page